Seorang peneliti tiba-tiba datang. Langsung saja dia bertanya kepada sahabatnya: “Kang, tahu bedanya NU dan Muhammadiyah?”
Sahabat menjawab: “Wah kalau itu gampang, soal qunut dan tidak qunut?”
Sang peneliti langsung menimpali: “Bukan itu! Kalau di NU elit yang diwawancarai pasti bisa, dan asal nylemong jawab sendiri-sendiri seakan-akan mewakili NU, padahal dia mewakili dirinya sendiri. Tetapi kalau Muhammadiyah, kalau menjawab pertanyaan peneliti itu pasti diundur, menunggu hasil rapat yang akan menjadi juru bicara. Saking diundurnya, sampai dia lupa jadwal wawancara.”
Sahabat menjawab: “Kalau begitu baik yang mana?”
Sang peneliti menjawab: “Sama-sama tidak baik, kalau NU yang diuntungkan pewawancaranya karena mendapat data, tetapi yang dirugikan adalah organisasinya, karena organisasinya selalu diklaim oleh yang diwawancarai tanpa dapat mandat dari organisasi. Kalau di Muhamamdiyah yang untung organisasianya, tetapi yang rugi yang mewawancarai, karena gagal terus, janji-janji terus, tidak ditepati, he he he.” (a’wan majlis para masyayikh, Gunung Tangkuban Perahu).