K.H. Hasyim Muzadi menyatakan tidak mencalonkan lagi di Muktamar NU ke-32 di Makassar

SEMARANG- Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan diri untuk tidak akan maju dalam bursa pencalonan ketua umum pada Muktamar ke-32 NU pada Januari 2010 di Makassar. Pernyataan itu dilontarkannya di sela-sela acara Pra Muskerwil di kantor PWNU Jateng Jl Dr Cipto, Semarang, kemarin.

Dia mengungkapkan, langkah tersebut ditempuh dalam rangka menciptkan equilibrium dalam tubuh NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Dengan demikian, kesempatan sangat terbuka bagi generasi muda untuk tampil memimpin NU.

’’Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, perlu ada regenerasi. Dengan cara itulah, organisasi ini bisa mampu bertahan dan berkembang diri,’’ kata dia.
Hasyim sendiri selama ini telah dua kali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Terakhir kali adalah saat Muktamar ke-31 NU di Solo. Sekarang ini sejumlah nama mulai menguat dalam bursa ketua umum seperti Muhamad Nuh, Said Agil Siradj, Ahmad Bagja, Masdar F Masudi, Nasruddin Umar, dan Hafidz Usman.

Menjadi topik sentral pada Muktamar 32 selain membahas kepemimpinan NU, juga membahas kemungkinan perubahan AD/ART NU, tafsir tentang Khittah 1926, dan persoalan hukum seperti virus meningitis, pengelolaan zakat dan hukum pemakaman umum.

Pada Pra Muskerwil tersebut, jajaran PWNU turut hadir seperti Ketua Tanfidz M Adnan, Rais Syuriah PWNU KH Masruri Mughni ditambah pengurus harian dan PCNU se-Jateng.
Demokrasi Wakil Ketua PWNU Najahan Musyafak menganggap wajar dan lumrah soal mengemukanya sejumlah nama menjelang muktamar sebagai bentuk demokrasi di NU. ’’Perlu ditekankan, ketua terpilih harus memiliki kapabilitas dan akseptabilitas untuk mengurusi NU. Tugas ke depan tidak saja internal tapi soal ideologi, dakwah, pendidikan sampai masalah sosial,’’ katanya.

Sementara pengamat politik Undip Amirudin menyambut baik langkah tersebut. Dia memandang ada dua aspek dari keputusan itu yakni dari sisi kemaslahatan dan organisasi. Secara kemaslahatan, NU tetap harus memiliki peran pengembangan agama ke depan. NU di bawah Hasyim Muzadi telah mampu memfungsikan organisasinya tidak hanya dalam kancah tanah air tetapi sudah sampai internasional, terutama dengan mempromosikan nilai-nilai ahli sunnah wal jamaah dengan prinsip moderat.

’’Dari sisi keorganisasian, tentu membuka kran bagi kader-kader NU lainnya untuk berkembang. Diakui, Kiai Hasyim mampu melakukan kaderisasi sehingga memunculkan tokoh NU di berbagai institusi,’’ katanya. (H37,H3-46). Sumber: Suara Merdeka, 12 Agustus 2009, dengan judul “Hasyim MUzadi: Perlu Regenerasi di NU”.

Leave a comment